KENDARI,WAJAHSULTRA.COM–Terima honor di bawah Upah Minimun Kota (UMK), belasan perwakilan perawat hononer di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) kota Kendari mengadu kepada Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Aksan Jaya Putra (AJP).
Ketua Gerakan Nasional Perawat Honor Indonesia (GNPHI) Sultra, Arzan Muliono mengatakan bahwa berkunjung di rumah AJP untuk menyampaikan terkait kesejahteraan perawat honorer yang bekerja di RS Kota Kendari selama bertahun-tahun.
Dia menegaskan, sejak tahun 2018 honor atau gaji perawat non PNS masih dibawah upah minimun kota (UMK) Kendari. Perbulan mereka hanya menerima honor Rp750 ribu.
“Honor perawat non PNS hanya Rp750 ribu, ada insentif piket yang perharinya kurang lebih Rp 30 ribu. Tapi kan dilakukan secara bergiliran sesuai tugas dinas,” ungkapnya.
Dengan upah seperti itu, Arzan mengaku masih jauh dari kata sejahtera untuk para perawat honorer RSUD Kota Kendari, termasuk dirinya.
Pasalnya, jika dibandingkan dengan beban kerja jauh, honorer lebih berat ketimbang tenaga kesahatan (Nakes) yang berstatus PNS. “Hampir semua pekerjaan itu, perawat honorer yang handel,” katanya.
Ia berharap, pemerintah kota (Pemkot) Kendari agar lebih bijaksana untuk menaikan honor perawat setara dengan UMK.
Bilamana kemampuan keuangan daerah tak mampu, setidaknya Pemkot Kendari menaikan honor mendekati UMK atau lebih layak dari sebelumnya.
Harapan lainnya pun, tambah dia bahwa AJP sebagai anggota DPRD Dapil Kota Kendari, dapat menyampaikan ke pemerintah perihal keluhan perawat honorer.
“Secara langsung kami belum menyampaikan persoalan tuntutan kenaikan gaji honorer ke pihak manajemen RSUD dan pemerintah. Namun dalam kesempatan ini, kami berharap pak AJP bisa mengoordinasikan, terlebih beliau adalah mitra pemerintah,” urainya.
Sementara itu, AJP menyatakan harusnya upah Nakes non PNS saat Pandemi Covid-19 naik, karena mereka berhadapan dengan beban kerja yang semakin berat.
Tetapi faktanya sampai hari ini, honor mereka masih Rp 750 ribu perbulannya tidak ada kenaikan sama sekali. Padahal, merujuk dari beberapa daerah lainnya ada yang melebihi honor di RSUD Kota Kendari.
“Setelah mendegar keluhan mereka, ternyata ada di beberapa daerah, seperti Konkep honor perawatnya itu sampai Rp 2 juta. Nah ini Kota Kendari yang biaya taraf hidup disini besar, tentu ini harus menjadi perhatian serius pemerintah,” urainya.
Untuk itu, Ketua Fraksi Partai Golkar DPRD Sultra ini, meminta kepada Pemkot Kendari dalam hal ini Dinas Kesehatan dan RSUD, agar memikirkan kesejahteraan para perawat honorer, yang notabene selalu berada digarda terdepan dalam menangani pasien.
Bagi dia, Pemkot Kendari tak ada alasan untuk tidak menaikan honor perawat. Bila melihat dari sisi pendapatan asli daerah (PAD) RSUD Kota Kendari sudah sangat besar.
Sepatutnya bisa dialokasikan penambahan atau peningkatan honor perawat yang selama ini terus menjadi bahan perbincangan dikalangan para honorer.
Apalagi tambah dia, diluar lingkup RSUD Kota Kendari, ternyata perawat honorer yang kerja di Puskesmas itu tidak mendapat honor. Menurut dia ini sangat ganjil, tanpa perawat pekerjaan dokter mana bisa berjalan.
“Posisi saya disini hanya mengingatkan Pemkot untuk berbuat, meski Dapil saya tapi kewenangan ada di Pemkot tidak bisa kita intervensi,” ungkap dia.
“Saya cuman menerima aspirasi perawat yang datang mengeluh. Saya harap Pemkot bisa mempertimbangkan,” tutupnya. Â (and/hen)