KENDARI, WAJAHSULTRA.COM — Terang-terangan Tujuh atlet Disabilitas Sulawesi Tenggara tak diberangkatkan mengikuti pertandingan di Pekan Paralympic Nasional (Peparnas) Papua 2021. Padahal mereka sudah lolos dalam seleksi bersama dengan 20 atlet disabilitas lainnya di Sultra.
Belum lagi persoalan gizi para atlet yang tidak memenuhi syarat sehat.
“Para atlet penyandang disabilitas itu hanya diberi makan nasi bungkus setiap harinya dan meminum air galon saat berada di pusat pelatihan oleh Nasional Paralympic Comite (NPC) Sultra yang menaungi atlet tersebut,” kata anggota DPRD Kolaka Musdar Muzakir.
Tak hanya itu, kata Wakil Rakyat itu, para atlet juga diduga hanya diberikan vitamin berupa tablet dari pengurus NPC Sultra untuk ketahanan tubuh mereka. Belum lagi, mereka diberi tempat tinggal yang tidak layak selama latihan di Kota Kendari.
“ Masyak dengan anggaran Rp 2 Miliar sangat tidak masuk akal dengan pelayanan yang sangat buruk bagi 27 atlet disabilitas yang akan berangkat ke Papua. “Saya tidak mengatakan anggaran tersebut disalahgunakan, namun kemungkinan bisa terjadi,” jelasnya saat RDP di DPRD Sultra, Selasa (26/10).
Anggota DPRD Kolaka, Musdar Muzakir yang mengawal kasus para atlet mengatakan, beberapa para atlet yang dipulangkan berasal dari wilayah Kolaka Raya diduga ada kejanggalan.
Selain itu kata Musdar, jika para atlet telah masuk dalam Treaning Center (TC) atau pusat pelatihan mereka seharusnya bukan lagi dalam proses seleksi, tapi sudah lolos sebagai atlet yang bakal bertanding ke Papua. “Masa sudah latihan di TC masih dikeluarkan dengan alasan tidak lolos seleksi. Kan tidak masuk akal,” ujarnya.
Sementara itu, Komisi IV DPRD Sultra yang dipimpin La Ode Frebi Rifai, mendesak agar pihak NPC dapat memasukan semua atlet sebanyak 27 orang tersebut agar bisa ikut bertanding ke Papua. “Jadi saya harap NPC Sultra koordinasi ke pusat supaya semua atlet itu bisa ikut bertanding ke Papua. Jangan ada yang ditinggalkan, bagaimana pun caranya,” ujar Frebi Rifai.
Frebi Rifai juga menekankan, agar pihak NPC agar pergi duluan ke Papua untuk melobi panitia PEPARNAS agar dapat mengakomodir 27 atlet tersebut. “Kalau bisa pergi duluan ke Papua, lobi panitianya supaya bisa masuk semua ini atlet,” paparnya.
Senada, Anggota Komisi IV DPRD Sultra, Titin Nurbaya menyampaikan, agar semua atlet yang telah masuk dalam pusat pelatihan diharuskan mengikuti PEPARNAS Papua. “Kan kasihan, padahal sudah ikut latihan semua itu atlet. Jadi harus bisa ikut berangkat semua,” paparnya.
Sedangkan, Ketua NPC Sultra yang menaungi atlet disibalitas, Kafarudin menerangkan, kuota untuk atlet Sultra hanya 20 atlet saja, olehnya itu tujuh orang lainnya tidak bisa bertanding ke Papua.
Awalnya kata dia, ketujuh atlet dimaksud masuk dalam kategori cadangan bila mana calon utama mendapat kendala teknis. “Jadi 20 calon ini sudah terdaftar semua di Papua, sudah tidak bisa lagi ditambah. Karena sudah diusulkan. Tadinya yang tujuh ini masuk cadangan, tapi sekarang tidak lagi,” ujar Kafarudin.
Meski demikian, Kafarudin tetap akan mencoba untuk menyampaikannya ke NPC Pusat dan panitia PEPARNAS Papua agar dapat menambah kuota atlet tersebut. “Nanti kita akan coba sampaikan soal penambahan itu,” tutupnya. (p2/c/hen)