KENDARI, WAJAHSULTRA.COM — Upah kerja tak kunjung naik, ribuan pekerja lokal PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) dan PT Obsidian Stainless Steel (PT OSS) kompak melakukan aksi mogok kerja.
Bukan hanya itu, para karyawan lokal ikut menggelar aksi demontrasi di lokasi pabrik perusahaan smelter milik perusahaan China tersebut.
Terlihat, ribuan karyawan perusahaan smelter raksasa yang terletak di Morosi Kabupaten Konawe terlihat memadati kawasan industri sejak pagi hingga siang ini.
Salah seorang buruh PT OSS tidak ingin disebutkan namanya mengaku aksi tersebut dilatarbelakangi tuntutan kenaikan upah serta status karyawan lokal yang lebih dari setahun bekerja pada PT OSS dan PT VDNI. “Sudah tiga tahun kita kerja, namun tidak ada kejelasan apakah diangkat karyawan tetap atau sebaliknya,” tegasnya. Jumat, (27/11).
“Ini sudah tidak sesuai aturan UU Nomor 13 Tahun 2003. Kita juga kecewa karena tidak ada kenaikan upah karyawan yang lebih dari setahun bekerja. Semestinya jika lebih dari setahun ada kenaikan upah,” sambungnya.
Pria yang bekerja pada bagian Kru Umum Smelter PT OSS mengatakan gaji yang ia terima selama ini memang sesuai standar upah minimum regional (UMR) yakni kisaran Rp 2 juta lebih. “Ditambah ada uang transpor harian 15 ribu perhari. Jumlah ini tidak ada kenaikan dari awal sampai bertahun-tahun bekerja. Itu naik kalau ada kenaikan UMR saja, paparnya.
Kebijakan perusahaan China di Morosi itu terhadap pekerja lokal jauh berbeda dengan buruh asing. “Kalau yang sama di kru umum smelter itu ada di kisaran 10 juta sampai 5 juta. Kita hanya 2 jutaan. Jauh beda dengan pekerja lokal,” urainya.
Aksi mogok kerja para pekerja lokal tambahnya, akan terus berlanjut hingga pihak perusahaan mau mengakomodir tuntutan para pengunjuk rasa.
Hingga berita ini dirilis, belum ada satu pun perwakilan perusahaan menemui para pekerja yang berunjuk rasa.
Untuk diketahui, jumat 27 November 2020 para pekerja lokal melakukan mogok kerja, namun minggu 29 November 2020 mereka kembali bekerja seperti biasanya. (P2/c/hen).
