JAKARTA, WAJAHSULTRA.COM — Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menaruh perhatian khusus terhadap proyek infrastruktur strategis di Provinsi Sulawesi Tenggara, termasuk Kawasan Industri Konawe.
Kawasan Industri Konawe telah ditetapkan sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) Nomor 98 dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 109 Tahun 2020.
Setidaknya, ada delapan isu penting dalam pembangunan proyek infrastruktur di Sulawesi Tenggara ini, yaitu infrastruktur jalan, bendungan, jembatan, bandara, pemanfaatan Aspal Buton, food estate, industri perikanan, dan hilirisasi mineral.
“Pengembangan jalan akses ke Kawasan Industri Konawe menjadi sangat penting untuk mempercepat mobilitas barang dan jasa dari Kawasan Industri ke luar kawasan, di samping berperan dalam penurunan biaya logistik,” beber Luhut, seperti dikutip dari keterangan resmi Kementerian, Senin (27/09/2021).
Sayangnya, jalan akses ini masih dinilai belum memadai karena masih banyak jalan yang rusak dan jarak tempuhnya jauh.
Luhut pun meminta Aspal Buton (Asbuton) dimanfaatkan secara maksimal. Namun, penggunaannya masih kurang.
“Asbuton boleh dibilang sebagai keunggulan absolut yang dianugerahkan untuk bumi Indonesia,” ujar Luhut.
Luhut pun mengajak agar para pelaku industri untuk memanfaatkan Asbuton sebagai alternatif utama dalam pembangunan dan preservasi jalan di seluruh Indonesia, apalagi beberapa jenis produknya memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) telah mencapai 80%.
Untuk mendukung pemanfaatannya, Pemerintah Provinsi Sultra sangat berharap adanya pembangunan Pelabuhan Nambo untuk mengakomodasi stockpile distribusi Asbuton.
Mengenai pembangunan bendungan, pemerintah membangun dua bendungan besar di Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu Ladongi dan Ameroro. Dua bendungan ini telah ditetapkan sebagai PSN. Bendungan Ladongi telah mencapai progress konstruksi 98% dari keseluruhan pekerjaannya.
“Bendungan yang diharapkan dapat diresmikan Presiden RI pada akhir Oktober 2021 ini difungsikan untuk pengendalian banjir, penyediaan air baku (120 liter/detik) dan PLTA (1,3 MW),” ungkap Menteri PUPR Basuki Hadimuldjono.
Sementara itu, Bendungan Ameroro yang difungsikan sebagai pengendali banjir dan penyedia air baku (511 liter/detik) diharapkan segera dilakukan percepatan pembangunannya. Selain itu, Basuki juga menjelaskan bahwa pihaknya telah membuat skema pengendalian banjir di Teluk Kendari. (hen)