KENDARI,WAJAHSULTRA.COM–Tujuh korban warga Sulawesi Tenggara (Sultra) kembali menjadi korban keberingasan kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Papua. Tiga diantaranya sudah meninggal dunia sementara empat lainnya mengalami luka parah akibat disiksa oleh KKB.
Atas hal itu, Ketua umum komite nasional Indonesia (KNPI), Umar Bonte sangat sedih dan prihatin dengan terbunuhnya beberapa masyarakat Sultra yang ada di Papua. “Pembunuhan ini sangat melukai warga Sultra dan pemuda Indonesia. Saya sangat tersinggung berat, karena persoalan ini terus berlanjut dan korban terus berjatuhan baik sipil maupun non sipil,” ungkapnya, Selasa, (13/12).
Tetapi hingga saat ini TNI-Porli belum juga mampu menyelesaikan persoalan tersebut. Ketersinggungan ini disampaikan kepada seluruh pihak, khususnya di Jakarta agar tidak berbicara terus terkait jabatan dan kekuasaan atau perebutan kekuasaan tetapi berbicara bagaimana menyelesaikan konflik-konflik yang ada di negara ini.
Korban yang terus berjatuhan di Papua atas kekejaman KKB atau teroris yang ada di Papua harus diselesaikan. “Kami warga Sultra dan pemuda indonesia meminta TNI-Porli untuk melakukan penangkapan terhadap pelaku pembunuhan, penistaan dan pelaku kekerasan yang hebat di Papua,” jelasnya.
Menurutnya hal ini merupakan teroris yang teroganisir. Pasalnya, KBB memiliki senjata. Ini artinya bangsa Indonesia sedang tidak baik-baik saja. “Bangsa kita dalam posisi dijajah oleh bangsa-bangsa lain. Mereka melakukan pembunuhan dengan keji dan itu merupakan pukulan berat buat bangsa Indonesia dan pemuda Indonesia,” bebernya.
Untuk itu, ia meminta kepada TNI-Polri harus segera melakukan operasi besar-besaran di Papua dalam rangka menyelesaikan persoalan tersebut. Jangan dibiarkan berlarut-larut, karena jangan sampai korban semakin bertambah.
Ketika panglima TNI tidak mampu menggerakan pasukan besar-besaran di Papua maka dirinya sebagai Ketua DPP KNPI akan membentuk pasukan laskar sipil untuk melakukan perang di Papua. “Apabila TNI tidak mampu menggerakan maka bukan hanya laskar sipil yang ada di Sulawesi akan tetapi akan ada daerah lain yang ikut bergerak secara serentak. Saya sangat tersinggung dan kami sangat terpukul karena kami merupakan warga Sultra dan yang dibunuh adalah keluarga kami,” jelasnya.
Jangan Jakarta hanya melihat Sultra untuk mengambil nikel. Mereka jangan hanya mengambil harta dan kekayaan di bumi anoa tapi mereka tidak peduli dengan korban-korban yang terus berjatuhan dan saat ini sudah ada tujuh korban. Dan semunya merupakan warga Sultra.
Namun, hingga kini belum ada sikap dan tindakan untuk membasmi para teroris atau separatisme atau penjajah. Untuk itu kami minta TNI-Polri harus bergerak untuk mengusir atau membasmi penjajah tersebut. Kalau tidak maka saya akan bentuk laskar sipil untuk berperang di Papua,” tandasnya. (Andri/hen)