KONUT, WAJAHSULTRA.COM–Himpunan Pemuda Pelajar Mahasiswa Kabupaten Konawe Utara (HIPPMA-KONUT), Sulawesi Tenggara dipimpin Samsir mengelar aksi unjuk rasa di Kantor Syahbandar Unit Penyelenggara Pelabuhan (KUPP) Kelas III Molawe, Konut, Jumat (4/11/2022).
HIPPMA-KONUT mendesak Kepala Syahbandar KUPP Kelas III Molawe, Konawe Utara, Abdul Faisal Pontoh mundur dari jabatannya, diperiksa dan diadili.Dia dianggap telah menyalahgunakan kewenangan perihal dugaan praktek pungutan liar (pungli).
Abdul Faisal Pontoh menjabat Kepala Kantor Syahbandar Unit Penyelenggara Pelabuhan (KUPP) Kelas III Molawe, Konut sejak Senin 20 Juni 2022 menggantikan La Ode Wilo dan diketahui akan memasuki masa purnabakti (pensiun) pada Desember 2022.
HIPPMA-KONUT mengaku mencium aroma penyimpangan yang mencoreng lembaga di bawah Dirjen Perhubungan Laut itu.
Selain mendesak mundur dari jabatannya, kelompok pemuda pelajar dan mahasiswa ini juga mendorong penegak hukum untuk memeriksa dan mengadili Faisal Pontoh karena diduga Syahbandar Molawe telah menjadi sarang pungli.
“Dengan bukti-bukti yang ada, temuan-temuan yang ada, berdasarkan kondisi di lapangan yang kami temukan, jelas itu adalah pelanggaran yang merugikan negara,” kata Samsir dalam orasinya.
Pelabuhan Molawe, Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara ini berjarak sekitar 94 kilometer dari Kota Kendari, Ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara. Di sekitar pelabuhan Molawe, banyak lahan-lahan tambang Nikel.
Informasi yang dihimpun, dugaan pungli dipungut dari penambang nikel maupun kapal pengangkut nikel.
Sumber mengatakan, dugaan pungli ini mencapai Rp30 juta hingga Rp40 juta bagi kapal yang mengangkut hasil tambang nikel.
Juga didapatkan salinan tanda transfer kepada Noer Fajrin, salah seorang staf perusahaan agen kapal dari PT Safina di Kendari.
“Noer Fajrin ini adalah orang dekat Pak Kepala Syahbandar Abdul Faisal Ponto. Kabarnya ATM dan buku tabungan Noer Fajrin dipegang oleh Pak Faisal,” kata sumber di Konawe Utara. Tak hanya itu adapula didapatkan salinan penyetoran uang dalam rekening Noer Fajrin mencapai miliaran rupiah. Jumlah itu naik dalam kurun tiga bulan terakhir.
Abdul Faisal Pontoh tidak membenarkan informasi tersebut. Ia beralasan, pembayaran di pelabuhan dilakukan satu pintu kepada bendahara melalui pelayanan daring.
“Setahu saya selama ini tidak ada pungutan tanpa ada dasar penagihan. Untuk jasa kapan, barang dan lain-lain sudah melalui bendahara dan pembayaran sistem online,” kata Faisal Pontoh lewat pesan singkat, Selasa 1 November 2022.
Faisal Pontoh juga membantah informasi mengenai dirinya memegang buku tabungan Noer Fajrin.
“Nggak ada pegangan ATM atas nama Fajrin,” katanya.
Menurut Faisal Pontoh lagi, pihaknya segera akan melakukan registrasi ulang semua agen pelayaran di wilayahnya untuk melacak apakah ada pegawai Kantor Syahbandar Molawe yang memiliki agen.
“Jika ada akan dicabut rekomendasinya,” tegas Faisal.
Soal dugaan praktik pungli, Faisal Pontoh menyebut jangan sampai ada oknum pegawai Syahbandar yang melakukan pungutan tanpa ada dasar penagihan dengan mengatas namakan dirinya.
“Jangan sampai pegawai tersebut juga yang melakukan pungli mengatasnamakan pimpinan padahal itu untuk kepentingan dia sendiri,” tandasnya.
Senada Noer Fajrin juga membantah informasi yang berkembang bahwa rekening bank dan ATM atas nama dirinya dipegang Abd Faisal Pontoh.
Fajrin beralasan, informasi pemilik buku rekening atas nama Noer Fajrin itu bukanlah miliknya.
“Tidak benar itu Pak, rekening saya di saya sendiri Pak,” singkat Fajrin juga lewat pesan singkat. (*)