KENDARI,WAJAHSULTRA.COM–Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) H. Ali Mazi, SH berkenan hadir dan membacakan sambutan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana, pada Hari Gerakan Kesiapsiagaan Bencana (GKB) Tahun 2022, di halaman kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Kendari 26 April 2022.
Hadir pada acara itu, jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah yang keseluruhannya diwakilkan, Pj. Sekretaris Daerah Sulawesi Tenggara Drs. Asrun Lio, M.Hum., Ph.D.
Juga hadir Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Muhammad Yusup, SE., M.Si., Komandan Satuan Brimob Polda Sultra diwakilkan, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Sulawesi Tenggara La Ode Daerah Hidayat Illaihi, Kadis Sosial Prov. Sultra Drs. Armunanto, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan KB (DP3APPKB) Prov. Sultra Hj. Dra. Andi Tenri Rawe SilondaeDra. Hj. Andi Tenri Rawe Silondae, M.M., Kepala Biro Hukum Sekretaris Derah Sulawesi Tenggara H. Kamari, SH, dan Kepala Pelaksana BPBD 17 Kabupaten/Kota se-Sulawesi Tenggara
Berikut sambutan dan arahan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Letnan Jenderal TNI Suharyanto, S.Sos., MM., yang dibacakan oleh Gubernur Ali Mazi:
Mari tengadahkan kedua telapan tangan kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah mengizinkan berlangsungnya puncak Hari Kesiapsiagaan Bencana Tahun 2022. Semoga hal-hal baik yang semua ini bermuara pada terciptanya masyarakat tangguh hadapi bencana.
Hari Kesiapsiagaan Bencana adalah momentum penting yang diselenggarkan setiap tanggal 26 April setiap tahunnya. Sebuah hajat pemerintah sekaligus menjadi hajat bangsa, selaras dengan nafas UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana yang ditetapkan tanggal 26 April 2017.
Kita semua masih ingat arahan Presiden Joko Widodo pada pembukaan Rakornas Penanggulangan Bencana Tahun 2022 di Istana Negara : “Lakukan stimulus bencana secara rutin di daerah rawan bencana”. Karena itu sub tema Hari Kesiapsiagaan Bencana tahun ini adalah “Keluarga Tangguh Bencana Pilar Bangsa Menghadapi Bencana”. Tema itu paralel dengan tema-tema peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana lima tahun terakhir:
Tahun 2017: Membangun Kesadaran Kewaspadaan dan Kesiapsiagaan dalam Menghadapi Bencana.
Tahun 2018: Siaga Bencana Dimulai dari Kita, Keluarga dan Komunitas.
Tahun 2019: Perempuan sebagai Guru Siaga Bencana Rumah Menjadi Sekolahnya.
Tahun 2020: Penanggulangan Bencana Urusan Bersama.
Tahun 2021: Latihan Membuat Kita Selamat dari Bencana.
Semua itu menjadi acuan kita bersama dalam melaksanakan Hari Kesiapsiagaan Bencana Tahun 2022 ini, sebagaimana arahan presiden pada Rakornas Penanggulangan Bencana yang baru lalu. Kepala Negara menekankan pentingnya pembangunan sistem edukasi kebencanaan berkelanjutan di daerah rawan bencana.
Budaya sadar kebencanaan harus dimulai sejak dini mulai dari individu, keluarga, komunitas, sekolah sampai lingkungan masyarakat. Indonesia tangguh bencana harus dilakukan semua pihak.
Tema “Keluarga Tangguh Bencana Pilar Bangsa Menghadapi Bencana”, hendaknya tidak berhenti pada tataran wacana, melainkan harus implementatif. Karenanya Hari Kesiapsiagaan Bencana juga harus dibarengi langkah kongkrit pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, dan peringatan dini. Di luar itu, harus dibarengi peningkatan kapasitas lembaga dan SDM-nya.
Dengan begitu, Hari Kesiapsiagaan Bencana bukan sekadar kegiatan seremoni, tetapi mengedepankan aksi nyata dengan target nyata meningkatnya kesadaran keluarga yang tangguh menghadapi bencana. Sudah berapa kali dinarasikan, tentang Negara Indonesia tercinta yang ditakdirkan berada pada posisi rawan bencana.
Bukan saja rawan bencana alam karena letak geografis serta faktor “ring of life”, tetapi juga rawan bencana non alam. Para pakar kebencanaan telah mencatat serta menyimpulkan bahwa bencana alam pada dasarnya adalah peristiwa berulang.
Ada bencana yang memiliki siklus tahunan, 10 tahunan, 100 tahunan dan ribuan tahun. Sebagai contoh Gempa Tsunami di Aceh. Gempa dan Tsunami di Pantai Barat Sumatera, Gempa Tsunami di Palu.
Belum lagi peristiwa bencana hidrometerologi berulang seperti banjir, longsor, dan kekeringan. Setiap daerah di tanah air pada dasarnya memiliki jenis dan tingkat ancaman bencana yang berbeda. Karena itu, setiap keluarga harus memahami potensi bencana yang ada di tempat tinggalnya. Setiap keluarga harus mendapatkan edukasi kebencanaan agar tercipta keluarga tangguh bencana sebagai pilar menghadapi bencana.
Tingkat pemahaman keluarga terhadap potensi bencana yang ada di wilayahnya, harus dibarengi kegiatan mitigasi. Sekali lagi saya tekankan, mitigasi. Karenanya, latihan-latihan evakuasi menjadi sangat penting. Pemahaman evakuasi yang baik, akan meminimalisir jatuhnya korban. Dengan kata lain, kegagalan proses evakuasi karena kurangnya pemahaman ada kalanya menjadi faktor utamanya jatuhnya korban dalam peristiwa bencana alam.
BNPB berharap, setiap kegiatan Hari Kesiapsiagaan Bencana harus melibatkan sebanyak-banyaknya partisipasi masyarakat. Jika tahun 2019 BNPB berhasil melibatkan lebih dari 53 juta masyarakat Indonesia yang berkomitmen turut serta dalam Gerakan Kesiapsiagaan Bencana, maka tahun ini targetnya haruslah semua keluarga sebangsa setanah air, sesuai tema yang kita canangkan.
Data kependudukan 2021 mencatat sekitar 86,5 juta kartu keluarga yang tersebar di seluruh pelosok ibu pertiwi. Gerakan Hari Kesiapsiagaan Bencana harus bisa menyentuh mereka. Latihan kesiapsiagaan mutlak diperlukan secara berkala. Latihan Kesiapsiagaan Bencana menjadi sesuatu yang rutin, sesuai kebutuhan keluarga di masing-masing daerah.
Kita tahu, tugas mulia itu tidak bisa hanya disandang oleh BNPB. Perlu ada kolaborasi dengan para pihak agar tercipta keluarga Indonesia yang tangguh menghadapi bencana. Mari kita wujudkan keluarga tangguh Indonesia menuju bangsa yang sejahtera. Semoga Tuhan senantiasa memberi kita kekuatan dan pertolongan-nya.
Hari Kesiapsiagaan Bencana
Indonesia merupakan negara yang memiliki keberagaman budaya, suku, adat istiadat, tradisi, ras, dan juga sumber daya alamnya yang melimpah. Dibalik semua itu, Indonesia juga memiliki sisi gelap yaitu banyak bencana yang pernah melanda negeri tercinta kita ini. Maka tidak heran jika Indonesia disebut daerah rawan bencana.
Beberapa penyebab dari banyaknya bencana di Indonesia adalah letak Indonesia yang dilalui Sirkum Pasifik atau biasa disebut Ring of Fire sehingga tidak heran di Indonesia banyak terdapat gunung berapi, Indonesia juga merupakan tempat bertemunya tiga lempeng yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng India, dan Lempeng Australia yang membuat daerah ini menjadi daerah rawan gempa bumi, selain itu Indonesia juga memiliki curah hujan yang tinggi berkisar 1.000-4.000 per tahunnya sehingga tidak heran jika di Indonesia sering terjadi banjir dan tanah longsor.
Begitu juga dengan salah satu kabupaten yang ada di Bali bagian Utara, yaitu Kabupaten Buleleng. Kabupaten Buleleng yang memiliki luas sekitar seperempat dari luas Pulau Bali ini juga sering disebut sebagai mall dari bencana, karena ada sekitar 12 potensi bencana yang perlu diwaspadai Buleleng. Contohnya adalah adanya 3 patahan sumber titik gempa di Kecamatan Tejakula dengan 7 SR, Kecamatan Seririt dengan 6,5 SR, dan Kecamatan Gerokgak dengan 6 SR.
Gempa bumi yang disertai dengan Tsunami tanggal 22 November 1815 atau yang biasa disebut tragedi Gejer Bali, bencana alam ini menewaskan warga sejumlah 10.252 jiwa. Bencana berikutnya yang masih membekas bagi Buleleng adalah gempa bumi di Kecamatan Seririt pada tahun 1976 yang menewaskan 544 jiwa dan 326 orang mengalami luka-luka.
Masih banyak lagi bencana yang dating silih berganti, sehingga perlu bagi kita untuk sadar akan bencana, mampu memahami resiko bencana, dan meningkatkan kesiapsiagaan bencana.
Sesuai dengan arahan Presiden RI Ir. H. Joko Widodo pada saat Rakornas Penanggulangan Bencana 2022, perlu adanya pembangunan sistem edukasi kebencanaan berkelanjutan di daerah rawan bencana, budaya sadar bencana harus dimulai sejak dini mulai dari individu, keluarga, komunitas, sekolah, sampai lingkungan masyarakat.
Sesuai dengan konsep Pentahelix dimana perlu adanya partisipasi dari semua elemen masyarakat dalam upaya penanggulangan bencana. Salah satu partisipasi yang bisa dilakukan masyarakat adalah aktif dalam pelatihan dan simulasi penanggulangan bencana.
BNPB menjadi inisiasi dalam menjadikan tanggal 26 April sebagai Hari Kesiapsiagaan Bencana, tanggal ini dipilih untuk memperingati ditetapkannya Undang-Undang Nomor: 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
Berdasarkan sosialisasi Hari Kesiapsiagaan Bencana 2022, Hari Kesiapsiagaan tahun ini tetap dengan tema Siap Untuk Selamat, dengan sub tema Keluarga Tangguh Bencana Pilar Bangsa Menghadapi Bencana. Tujuan dari Hari kesiapsiagaan Bencana tahun 2022 adalah Meningkatkan Kesadaran dan Kewaspadaan Bencana Seluruh Lapisan Masyarakat di Masa Pandemi Covid-19 Menuju Keluarga Tangguh Bencana.
Pelaksanaan hari kesiapsiagaan bencana dapat melalui sosialisasi, kampanye, pelibatan tokoh masyarakat, ataupun melalui media cetak, sosial, dan elektronik. Pelaksanaan Hari Kesiapsiagaan Bencana berlangsung selama satu bulan, dimulai dari tanggal 25 Maret 2022 dan puncak acaranya akan diadakan pada tanggal 26 April 2022. (adv)