KENDARI, WAJAHSULTRA.COM — Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) H. Ali Mazi, SH, melepas ekspor mete ke Vietnam.
Selain mete, ada beberapa komoditas pertanian asal Sulawesi Tenggara (Sultra) yang bernilai ekspor unggul, Kopra, Kakao, Beras, Cengkeh, Jagung, Lada, Kemiri, dan Sarang Burung Walet.
Demikian pernyataan Gubernur Ali Mazi sebelum secara resmi melepas ekspor 48 ton mete menuju Vietnam dari Pelabuhan Ekspor-Impor New Port Bungkutoko Kota Kendari, Jumat 15 Januari 2021, kemarin sore, pada acara Pelepasan Eskpor Mete Buton Utara ke Negara Tujuan Vietnam.
Komoditas mete (sample) dalam tiga kontainer itu berasal dari Kabupaten Buton Utara.
Pada rencana ekspornya, sesungguhnya kuantitas ekspor yang hendak dikapalkan berjumlah 700 ton, namun pandemi Covid-19 membuat jumlah tersebut dilepas bertahap.
Ekspor tersebut terealisasi atas kemitraan Koperasi Konami Bina Sejahtera dengan perusahaan Nuts 2 asal Belanda, dengan nilai kontrak kurang lebih satu miliar rupiah.
Di Buton Utara, pengembangan komoditas mete juga dikelola oleh perusahaan PT. Florindo milik pengusaha swasta bernama Floris.
Bagi Koperasi Konami Bina Sejahtera, upaya ekspor ini untuk ketiga kalinya. Koperasi KBS dengan mitra ekspor PT Inacom mampu melakukan mengiriman perdana Kopra Putih dengan tujuan Tiongkok. Keberhasilan itu disusul pada November 2020, saat Koperasi KBS yang bermitra dengan Peter East Melbourne mengeskpor Beras Organik dan Ikan Betebete dengan negara tujuan ekspor Australia.
Atas keberhasilan melakukan tiga kali ekspor tersebut, Gubernur Ali Mazi menyampaikan pujian atas pencapaian Koperasi KBS dan Pemerintah Daerah Buton Utara yang mampu menggerakkan ekonomi masyarakat di tengah pandemi Covid-19.
Gubernur Ali Mazi berharap keberhasilan semacam itu bisa menginspirasi kabupaten lainnya di Sultra.
Ekspor Mete yang dilepas hari ini difasilitasi Kementerian Pertanian melalui Dinas Karantina Pertanian Kendari yang bernilai USD 67.018 atau sekitar Rp.939 juta.
Arus perdagangan mete atas Sultra memang dominan sejak dua dasawarsa terakhir. Mete Sultra menjadi komoditas unggulan di negara-negara tujuan ekspor India, Srilanka, Kamboja, Jerman, Belanda, Perancis, Republik Czech, dan Vietnam. Mete berhasil menggantikan konsumsi kacang tanah di seluruh bar dan restoran di Jerman dan Amerika Serikat.
Sayangnya, mete asal Sultra, sebelum Kendari memiliki pelabuhan ekspor-impor, selalu disebut mete Sulsel sebagai “origin country” dalam dokumen ekspornya, sebab melalui pelabuhan ekspor-impor Makassar. Demikian juga halnya dengan identitas komoditas ini di Bursa Komoditas Dunia, di Amsterdam; mete asal Indonesia ditulis sebagai India Cashew di papan informasi bursa.
Kepala Karantina Pertanian Kendari, N. Prayatno Ginting memginformasikan, bahwa ekspor mete dari Sultra tercatat rutin menuju negara India dan Vietnam dalam dua tahun terakhir. Di tahun 2020, volume ekspor mete mencapai 103,7 ton dengan nilai perdagangan mencapai Rp.15,5 milyar. Itu setara 0,6 persen dari total perdagangan domestik mete asal Sultra.
“Ekspor ini terlaksana atas kerjasama Pemda Buton Utara dan pengusahanya, kami selaku otoritas karantina memfasilitasi ekspor dengan memastikan mete telah memenuhi persyaratan teknis,” kata N. Prayatno Ginting ketika menyerahkan sertifikat karantina (Phytosanitary Certificate) di acara yang sama.
Kantor Karantina Pertanian Kendari mencatat volume mete yang ditransportasikan ke Makassar maupun ke Surabaya di tahun 2020 mencapai 15,6 ribu ton dengan total nilai Rp.80,13 miliar. Selain Kabupaten Buton Utara, terdapat kabupaten lainnya di Sultra yang memiliki potensi ekspor biji mete.
Di Sultra, mete dihasilkan di hampir semua kabupaten yang ada, khususnya Muna dan Buton. Gerakan Tiga Kali Ekspor (Gratieks) pertanian yang digagas Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Badan Karantina Pertanian (Barantan) siap memfasilitasi petani mete untuk menangkap pasar ekspor yang lebih besar lagi. Potensi mete Buton Utara saja dapat mencapai 4.000 ton per tahun dengan luasan lahan 7.000 hektar.
Gratieks adalah program peningkatan ekspor pertanian yang dikomandani Kepala Barantan Ali Jamil. Melalui gerakan ini Kementan bersama seluruh elemen perekonomian menargetkan nilai ekspor meningkat tiga kali lipat hingga tahun 2024.
Kepala Pusat Kepatuhan, Kerjasama dan Informasi Perkarantinaan (KKIP) Junaidi mengatakan “Upaya ini tidak boleh berhenti, harus berjalan terus. Gali terus potensi ekspor komoditas pertanian Indonesia agar produk pertanian kita lebih luas jangkauannya di pasar internasional.”
Masih di tengah situasi pandemi dan perekonomian global yang sedang lesu ikut memberi dampak pada pasar ekspor yang ikut menurun. “Namun kita tidak boleh menyerah,” kata Gubernur Ali Mazi dalam sambutannya, “kita harus selalu produktif dan harus selalu melihat lebih jeli pasar ekspor komoditi potensial sumber daya alam daerah kita yang masih terbuka lebar.”
Menurut Gubernur Ali Mazi, pertambangan masih mendominasi sektor ekspor Sulawesi Tenggara. Sehingga sumbangan komoditas ekspor dari sektor pertanian dan perkebunan harus ditingkatkan persentasenya.
Badan Pusat Statistik Prov. Sultra, mendata nilai total ekspor Sultra periode Januari-November 2020 sebesar USD 407,97. Dilihat dari kontribusi terhadap ekspor dalam periode tersebut, ekspor produk industri pengolahan menyumbang 99,49 persen devisa daerah, 0,20 persen ekspor produk pertambangan, dan 0,32 persen ekspor produk pertanian.
Gubernur Ali Mazi menyatakan bahwa data itu menunjukkan ekspor produk pertanian dan perkebunan masih sangat minim. Masih banyak potensi yang belum tergarap secara maksimal, khususnya sub sektor perkebunan, baik berupa keragaman komoditas, kreatifitas dan kualita, serta volume dan negara tujuan ekspor.
“Hal ini diperlukan komitmen kuat semua pemangku kepentingan untuk melakukan penanganan terpadu di seluruh sektor baik hulu mapun hilir, serta harus selalu proaktif,” kata Gubernur Ali Mazi.
Tutut hadir dalam acara ini Ketua DPRD Sultra Abdurrahman Shaleh, Walikota Kendari Sulkarnain Kadir, Bupati Buton Utara Abu Hasan, Sekretaris Menteri Koperasi dan UMKM RI Rully Indrawan, Pejabat Perwakilan Kementerian Pertanian RI, Pejabat Perwakilan Kementerian Desa dan PDR RI, Pejabat Perwakilan Badan Karantina Pusat, Forkopimda Prov. Sultra (Kapolda Sultra, Kejati Sultra, Danrem 143/HO Kendari), Kabinda Prov. Sultra, Kepala BNNP Sultra, Danlanal Kendari, Danlanud HLO Kendari, Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Pimpinan Instansi Vertikal, dan Perwakilan Perusahaan Nuts 2 Belanda. (ham/hen).