Dr Abdul Nashar : Lembaga Survey Parameter Publik Indonesia Berhalusinasi dan Odong-Odong

KENDARI, WAJAHSULTRA.COM — Pernyataan Direktur Eksekutif Paramater Publik Indonesia di beberapa media dianggap offside atau lompat pagar dan Ras Md harus belajar sebagai konsultan politik kredibel.

Hal itu diungkapkan juru bicara (Jubir) pasangan calon (Paslon) Bupati dan Wakil Bupati Konawe Selatan (Konsel) Sulawesi Tenggara (Sultra), Muh Endang – Wahyu Ade Pratama atau lebih dikenal Ewako, Dr. Abdul Nashar.

Dikatakannya, direktur lembaga survei tersebut seharusnya fokus mencermati pergerakan kandidatnya yang bayar, tidak menyerang calon lain. “Misalnya perkembangan pasangan RAG-SS unggul 4 persen dan Ewako hanya 2 persen. Selanjutnya Paslon Suara unggul 40 persen. Jangan menjatuhkan paslon lain,” paparnya. Kamis, (19/11) malam.

Menurut Abdul Nashar, pernyataan direktur LSI itu fatal dan tendensius, tidak didukung dengan fakta akademik. Yang bersangkutan tidak menjelaskan metodologi, populasi, frekuensi dukungan warga kepada masing-masing Paslon. “Jangan-jangan ini lembaga survey odong-odong, di atas meja, tidak turun ke lapangan. Kami menengarai pernyataan dimaksud merupakan pesanan calon tertentu, bombatis, kosong tidak berisi,” tegasnya.

Sepanjang sejarah Pilkada di Indonesia petahana unggul di atas 40 persen baru terjadi di Kota Solo. Saat itu masih Joko Widodo (Jokowi). Tingkat kepuasan warga Solo hampir 100 persen terhadap kepemimpinan Jokowi sebagai Wali Kota. “Jadi, kesimpulan Lembaga Survey Parameter Publik Indonesia jangan dipercaya, itu angka halusinasi,” paparnya.

Idealnya kesimpulan atau opini lembaga survey mencerminkan persentase dukungan rakyat ke paslon berdasarkan preferensi ilmiah. Tidak mengabaikan dimensi yang lain. “Misalnya pemetaan berdasarkan wilayah atau dapil, sosio-antro dan jejak karir politik calon dalam etalase politik Konsel,” urainya.

“Kemudian soal petahana unggul 40 persen, anak kecil bisa ketawa, parameternya apa? Ini angka siluman, publik Konsel sudah cerdas tidak bisa ditipu dengan angka-angka hantu,” sambungnya.

Hal-hal sederhana, selama 5 tahun terakhir ini tingkat kepuasan rakyat terhadap Bupati Konsel bergerak turun bahkan terjun bebas, bukan naik. Masalah ada dimana-mana, telat membayar gaji pegawai, wajah Konsel tidak berubah, lapangan kerja terbatas. Warga Konsel harus ke Kendari atau ke daerah lain untuk mencari pekerjaan karena lapangan kerja tidak tersedia di Konsel.

Kemudian, di sektor agraria konflik dimana-mana, warga berhadapan dengan pemilik HGU, berlarut tidak diselesaikan, dan masalah masih banyak lagi, rakyat Konsel sudah tahu semua. Fakta-fakta seperti ini tidak bisa diabaikan dalam menarik kesimpulan sebuah survey.

Soal dukungan, masih kata Abdul Nashar publik Konsel tahu pasangan Ewako memiliki dukungan original dari rakyat Konsel, tidak ada sejengkalpun tanah di Konsel yang belum di kunjungi pasangan Ewako.

Kandidat Ewako membaur bersama rakyat, mendengar keluh-kesah mereka. Sekali lagi Konsel ini untuk semua, untuk putra-putri Konsel, bukan untuk kelompok tertentu saja yang hanya datang mencari makan di Konsel. “Itu yang harus dipahami, Konsel untuk seluruh masyarakat bukan kelompok,” tutupnya. (P2/c/hen)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

spot_img
spot_img