Ali Mazi Berhasil Wujudkan Sultra Menjadi Lumbung Pangan Nasional

KENDARI, WAJAHSULTRA.COM — Gubernur Sulawesi Tenggara Ali Mazi SH rupanya  berhasil mewujudkan impian Sultra  untuk menjadi provinsi Lumbung Pangan Nasional yang dilihat dari produksi beras tahun 2020 mencapai 440.423 ton. Jumlah itu sudah melebihi dari kebutuhan konsumsi warga Sultra atau mengalami surplus sebanyak 141.178 ton.

“Dengan capaian produksi beras dan kelebihan produksi dari jumlah kebutuhan konsumsi sebanyak 141.187 ton tersebut menunjukkan bahwa target kita menjadi provinsi lumbung pangan nasional khususnya di Indonesia Timur dan Indonesia Tengah sudah tercapai,” kata Gubernur Sultra, Ali Mazi, pada rapat koordinasi dalam rangka menjaga kesejahteraan dan pemasaran hasil produksi petani lokal daerah itu, di Kantor gubernur Sultra, Selasa, kemarin.

Sementara Bulog Sulta menyebutkan, bahwa jumlah Penduduk Sultra kurang lebih 2.624.875 jiwa dengan konsumsi perkapita 114 kilogram per tahun, artinya konsumsi beras pertahun sebanyak 299.235 ton sementara beras produksi yang tersedia sebanyak 440.423 ton sehingga masih surplus 141.187 ton.

Lebih jauh Ali Mazi menjelaskan bukti lain Sultra sudah menjadi provinsi lumbung pangan yakni sudah mengirim beras 1.000 ton melalui Bulog Sultra ke provinsi Sulawesi Utara untuk memenuhi kebutuhan beras di daerah itu.

“Meskipun saat ini produksi sudah surplus namun upaya peningkatan produksi petani harus terus dimaksimalkan dan dilakukan secara masif oleh semua pihak atau elemen terkait sehingga ketersediaan pangan senantiasa terjaga,” jelas gubernur.

Seiring meningkatnya produksi padi petani, kata Gubernur yang harus dipastikan lagi adalah kepastian dan jaminan harga beli gabah atau harga beli beras petani. Jangan sampai harga anjlok karena banyaknya produksi.

Untuk itu, lanjut Gubernur, pemerintah harus hadir untuk jaga kesejahteraan petani terutama bisa menyerap hasil produksi petani sebagai langkah antisipasi kemerosotan harga gabah.

“Karena itu, Bulog yang diberi kewenangan untuk melakukan penyerapan terhadap hasil produksi petani harus bekerja sama dengan pemerintah setempat. Agar produksi yang surplus itu bisa semuanya diserap demi menjaga kesejahteraan petani,” katanya.

Sementara itu, Kadivre Bulog Sultra, Ermin Toran, mengatakan bahwa pihaknya saat ini kesulitan untuk menampung atau menyerap beras petani karena kapasitas gudang yang tidak memadai.

“Gudang kami yang ada di Konawe dan Kolaka Timur sudah penuh, sehingga tidak ada lagi tempat untuk menampung hasil penyerapan sementara dua daerah itu sebagai sentra utama produksi padi Sultra,” katanya.

Karena tidak adanya gudang penyimpanan hasil produksi kata Ermin, maka untuk sementara Bulog menghentikan pembelian atau penyerapan gabah perani.

“Untuk itu, kami mengharapkan keterlibatan pemerintah daerah untuk bersama-sama memikirkan langkah agar gabah petani ini bisa diserap sehingga harga gabah bisa stabil sesuai harga pembelian pemerintah Rp4.200 per kilogram,” katanya. (hen)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img
spot_img